Selasa, 31 Januari 2017

MAKALAH KEMAMPUAN MENERAPKAN LAYANAN BIMBINGAN BAGI ANAK BERPERILAKU BERMASALAH

BIMBINGAN KONSELING
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Bimbingan Konseling
 Dosen Pangampu : Nurjaman,M.Pd.



Disusun Oleh :
Alif Rusmana               (140641141)
Rahmat Syamsuddin    (140641140)
SD14-A4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................      i
DAFTAR ISI ...............................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ..................................................................................       1
B.  Rumusan Masalah .............................................................................       1
C.  Tujuan ...............................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian Anak berperilaku bermasalah...........................................      3
2.      Bentuk-bentuk perilaku bermasalah...................................................      4
3.      Masalah yang berkaitan dengan
 Karakteristik Perkembangan Anak SD.............................................      9
4.      Teknik Bimbingan pada siswa bermasalah........................................     10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................     12
B.     Saran .......................................................................................................     12 
DAFTAR PUSTAKA







ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam selalu kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, serta kami selaku umatnya. Semoga kita mampu meneladani beliau sebagai manusia yang berguna.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Bimbingan Konseling. Di dalam makalah ini membahas tentang “Pengertian Anak berperilaku bermasalah, Bentuk-bentuk perilaku bermasalah, Masalah yang berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Anak SD, Teknik Bimbingan pada siswa bermasalah.”
.Makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu Bapak Nurjaman,M.Pd. yang telah memberikan tugas kepada kami dan semua pihak yang telah membantu memberikan saran serta masukan guna untuk menyampurnakan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh kerena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah kami menjadi lebih baik dan berguna dimasa yang akan datang.


                                                                                                            Cirebon, Januari 2017

                                                                                                                        Penyusun


i




 BAB I
                                                                   PENDAHULUAN             
     A.    Latar Belakang
       Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru. Bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah. Guru hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku murid yang sesungguhnya.
        Murid SD merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap masalah individu merupakan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu murid bermasalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap murid bermasalah.
        Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada perilaku murid bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan murid.
   B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
5.      Pengertian Anak berperilaku bermasalah ?
6.      Bentuk-bentuk perilaku bermasalah?
7.      Masalah yang berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Anak SD?
8.      Teknik Bimbingan pada siswa bermasalah ?
   C.    Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Anak berperilaku bermasalah.
2.      Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk perilaku bermasalah.
3.      Untuk Mengetahui Masalah Yang Berkaitan Dengan Karakteristik Perkembangan Anak SD.
4.      Untuk Mengetahui Teknik bimbingan pada siswa bermasalah.



















BAB II
PEMBAHASAN

    A.     Pengertian Anak Berperilaku Bermasalah. 
                                    Menurut Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Dalam kehidupan anak di sekolah tidak semua dapat melihat dan merasakan bahwa di antara anak ada yang telah atau sedang menghadapi masalah dan ada yang masih gejala, bahkan bagi anak sendiri juga banyak yang tidak tahu bahwa dirinya sedang bermasalah. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan “pengertian berperilaku bermasalah”. Perilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan temannya. Lebih lanjut dikatakan apabila anak tiba-tiba tidak dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak mengalami masalah yang segera harus ditangani gurunya.
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal apabila dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila mekanisme pertahan diri dalam taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-anak.

      B.     Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah
Menurut Yusuf.dkk.2008. landasan bimbingan dan konseling.Bandung : Remaja rosdakarya. Bentuk-bentuk Perilaku Bermasalah. Bentuk umum perilaku mekanisme   mempertahankan diri ialah :
1.       Rasionalisasi
Perilaku rasionalisasi ditunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan atau alasan yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya bukan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya.
2.      Sikap bermusuhan
Sikap ini nampak pada perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing, dan mengancam lingkung.
3.       Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari penyebab utama dari kesalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai kiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai amat kuat.
4.         Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
a.         Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan. Individu akan membuang memori tentang hal tidak menyenangkan dari otaknya.
b.          Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar dan mengingat-inget kejadian yang menyesakkan dada.
c.           Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk.
d.        Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif.
e.         Lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
5.      Konformitas
 Perilaku ini diutnjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan  orang lain.
6.        Sinis
Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir akan penilaian orang lain terhadap dirinya, dan preilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari penilaian orang lain.
7.         Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
8.       Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan .persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
9.      Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu
10.  Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.



11.  Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.
12.   Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
13.   Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
14.  Supresi
 Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).
15.  Reaction formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan.  Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
   C.    Masalah yang berkaitan dengan Karakteristik Perkembangan Anak SD
Menurut Abin Syamsuddin Makmun.1996. Pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap siswa berperilaku masalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas perkembangan karakteristik perkembangan siswa, yakni :
1.             Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa Tuhan Yang Maha Esa.
2.             Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
3.             Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.
4.              Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.
5.              Belajar menjadi pribadi yang mandiri.
6.             Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan.
7.             Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.             Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
9.             Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin.
10.         Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air, bangsa dan negara.
11.         Mengembangakan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
     D.    Teknik Bimbingan Pada Siswa Bermasalah
Menurut W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti.2010. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat, antara lain :
1.      Memanfaatkan pembelajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok, dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan guru lain di sekolah itu atau guru kelas lain.
2.      Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok didalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan murid mengembangkan keterampilan kelompok, seperti :  sosiometri, diskusi, dan simulasi.
3.      Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan guru dan orang tua siswa. Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif pemecahan bagi kasus.
4.      Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di sekolah seyogyanya tidak hanya melaksanakan kepada hasil belajar saja tetapi juga perlu memperhatikan kepribadian murid. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan siswa.
5.      Memasukkan aspek-aspek insaniah dalam kurikulum, sebagai bagian terpadu dan bahan ajaran yang harus disajikan guru.
6.      Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangakan dalam mengembangakan strategi pembelajaran.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru. Bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah.
B.     Saran
Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap interaksi antara para peserta didik dan faktor dari dalam lingkungan peserta didik dengan perilaku peserta didik dikelas. Terhadap peserta didik yang berperilaku bermasalah guru harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bermasalah tersebut.














              DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Departemen pendidikan dan kebudayaan.
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti.2010. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan , Yogyakarta: Media Abadi.
Yusuf.dkk.2008. landasan bimbingan dan konseling.Bandung : Remaja rosdakarya.

Abin Syamsuddin Makmun.1996. psikolog kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar