MAKALAH
KEMAMPUAN MENERAPKAN LAYANAN BIMBINGAN BAGI ANAK
KESULITAN BELAJAR DI SD
Makalah ini
diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Nurjaman, M.Pd
Disusun
Oleh :
Lismania
Dewi (140641136)
Rizkha
Rohmayana (140641116)
Kelompok
8
Kelas:
SD14.A4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas Administrasi Sekolah. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu serta menambah wawasan tentang “Kemampuan Menerapkan
Layanan Bimbingan Bagi Anak Berkesulitan Belajar di SD ”.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada
rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, terutama pertolongan dari
Allah, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya
yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan
sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Cirebon, 5 Januari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengajaran Perbaikan.................................................................. 3
B. Kegiatan Pengayaan.................................................................... 15
C. Peningkatan Motivasi Belajar...................................................... 16
D. Peningkatan Ketermpilan Belajar................................................ 18
E. Mengembangkan Sikap dan Keterampilan yang Baik................ 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 28
B. Saran............................................................................................ 28
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan
belajar bagi siswa sekolah dasar merupakan kegiatan yang dirasa tidak
menyenangkan.Banyak sekali alasan yang mereka ungkapkan jika para pendidik
(baik orangtua maupun guru) meminta mereka untuk belajar (di sekolah maupun di
rumah).Anak – anakmasihmenganggap bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang membosankan, karena harus dituntut (baik orangtua maupun guru) untuk
selalu belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.Keluhan
yang dikemukakan tersebut dapat menjadi hambatan ataupun kesulitan dalam
belajar. Jika kesulitan belajar ini tidak dapat tertangani dengan baik maka
akan menjadikan prestasi siswa tidak baik pula. Oleh karena itu perlu adanya
layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh guru terkait dengan peningkatan
prestasi belajar siswa.
Bimbingan
belajar adalah bimbingan yang diberikan oleh tenaga ahli (konselor)untuk
membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yangberkaitan
dengan belajar (Yusuf,dkk. 2005). Bimbingan belajar bagi siswa sekolah dasar
lebih difokuskan pada usaha – usahauntuk meningkatkan prestasi belajar.Dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, diperlukan adanya kerja sama
antara konselor sekolah dengan para guru. Konselor di sekolah dasar pada
kenyataannya tidak secara khusus menjadi konselor (guru BK) tetapi merupakan
guru kelas.Oleh karena itu, guru kelas menjadi pokok utama dalam memberikan
layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekolah
dasar. Selama ini belum teridentifikasi tentang bagaimana pelaksanaan layanan
bimbingan belajar.Hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya permasalahan
belajar yang dialami oleh siswa sekolah dasar. Sebagai contoh prestasi belajar
yang rendah, malas untuk berangkat sekolah, mengganggu temannya ketika proses
pembelajaran berlangsung, dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh
Purwanti (2009) bahwa terdapat43% siswa sekolah dasar yang mengalami kesulitan
belajar dan hal ini belum ditangani dengan baik oleh guru kelas.Berdasarkan
penelitian tersebut, dalam makalah ini mencoba untuk menguraikan tentang
pelaksanaan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru kelas (sebagai
konselor sekolah) khususnya dalam mengurangi kesulitan belajar siswa sekolah
dasar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pengajaran perbaikan?
2. Apa
yang dimaksud dengan kegiatan pengayaan?
3. Bagaimana
cara untuk meningkatan motivasi belajar?
4. Bagaimana
cara untuk meningkatan keterampilan belajar?
5. Bagaimana
mengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui tentang pengajaran perbaikan,
2. Untuk
mengetahui tentang kegiatan pengayaan,
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara untuk meningkatan motivasi belajar,
4. Untuk
mengetahui bagaimana cara untuk meningkatan keterampilan belajar,
5. Untuk
mengetahui bagaimana pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Kemampuan Menerapkan
Layanan Bimbingan Bagi Anak Berkesulitan Belajar di SD
A.
Pengajaran
Perbaikan
1. Pengertian
Menurut Istiyas Fadylah (2009) Pengajaran
perbaikan (Remidial Teaching) adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan kata lain pengajaran yang membuat
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran
perbaikan itu berfungsi perapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan adalah
beberapa hambatan / gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan
belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan
pribadi. Remedial teaching berasal dari kata remedy (Bahasa
Inggris) yang artinya menyembuhkan. Istilah pengajaran remedial pada mulanya
adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan
dalam belajar. Tapi dewasa ini pengertian itu sudah mengalami berkembang.
Sehingga anak yang normal pun memerlukan pelayanan pengajaran remedial.
2. Tujuan Pengajaran Perbaikan
Secara umum tujuan pengajaran
perbaikan tidak berbeda dengan pengajaran biasa yaitu dalam rangka mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara khusus pengajaran
perbaikan bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai
prestasi belajar yang diharapkan oleh pihak sekolah melalui proses perbaikan.
Secara terperinci tujuan pengajaran perbaikan, yaitu :
a. Agar siswa dapat memahami dirinya,
khususnya prestasi belajarnya.
b. Dapat memperbaiki / mengubah cara
belajar siswa ke arah yang lebih baik.
c. Dapat memilih materi dan fasilitas
belajar secara tepat.
d. Dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang jauh lebih baik.
e. Dapat melaksanakan tugas-tugas
belajar yang diberikan kepada siswa.
3. Fungsi Pengajaran Perbaikan
Dalam keseluruhan proses belajar-mengajar, pengajaran perbaikan
mempunyai fungsi, antara lain:
a. Korektif , artinya dalam fungsi ini
pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan dengan memperbaiki
cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
b. Pemahaman, artinya meningkatkan pemahaman guru
dan siswa dalam memahami kelebihan dan kekurangan dirinya.
c. Penyesuaian, penyesuain pengajaran perbaikan
terjadi antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Artinya siswa
dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil
terbaik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar
belakang kesulitan dan karakeristik siswa sehingga mendorong siswa untuk lebih
giat belajar.
d. Akselerasi, maksudnya pengajaran perbaikan dapat
mempercepat proses belajar, baik dari segi waktu maupun materi.
e. Terapsutik, maksudnya secara lagsung atau tidak
langsung pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi
pribadi yang menyimpang.
4. Sifat
Khusus Pengajaran Perbaikan dengan Masalahnya
Kekuasaan
pengajaran perbaikan disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang diderita
siswa. Tekanannya pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar
menyangkut masalah cara belajar, metode belajar, materi, alat, dan lingkungan
yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar. Sehubungan dengan
masalah ini maka perlu sekiranya guru memahami prinsip-prinsip permasalahan
yang menyangkut :
a. Cara
belajar siswa
Pada
dasarnya siswa belajar dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Eksplorasi: Siswa mencari dan mendapatkan ilmu
pengetahuan tentang sesuatu melalui seluruh indranya, kemudian dikembangkan
melalui berbagai usaha, melakukan sendiri dengan bermacam-macam alternatif.
2) Coba-coba:
melalui trial
and error, siswa belajar memecahkan suatu permasalahan.
3) Rasa
tidak senang: dengan
merasa tidak senang, siswa akan belajar menghindari kesalahan.
4) Rasa
gembira: sesuatu
yang menyenangkan cenderung untuk mengulang, dan sebaliknya sesuatu yang tidak
enak cenderung untuk dihindari.
5) Imitasi: belajar melalui peniruan /
pengamatan yang paling sering dilakukan.
6) Partisipasi:
belajar
melalui peniruan, berati siswa berpartisipasi secara aktif (learn be doing),
itulah prinsip pedagogik dewasa ini.
7) Komunikasi:
semakin
mudah komunikatif, makin menarik sesuatu hal untuk dipelajari.
b. Kondisi
belajar
1) Kondisi Umum
a. Stimulasi belajar: pesan yang
diterima oleh siswa berupa stimulus yang berbentuk visual, auditif, verbal,
taktil, dsb. Dalam kegiatan belajar mengajar, bahan yang disajikan harus
benar-benar diinformasikan dan dapat diterima oleh siswa dengan baik dengan
cara prinsip pengulangan, dimana pinsip ini akan membantu siswa lebih dari
sekali kesempatan untuk menerima dan menstruktur pesan yang disampaikan oleh
guru.
b. Perhatian dan Motivasi: siswa harus
memperhatikan stimulus belajar yang mengandung pesan dan harus mereka terima
untuk berlangsungnya kegiatan belajar. Oleh karena itu, sesuatu yang paling
penting dalam kegiatan belajar dan untuk mempertahankan perhatian diperlukan
adanya motivasi sehingga kegiatan belajar berlangsung dan berhasil baik.
c. Respons yang dipelajari: oleh karena
belajar itu proses aktif, maka siswa harus dilibatkan ke dalam bahan yang
dipelajari. Pelibatan ini meliputi perhatian, proses internal, dan tindakan
yang nyata. Karena itu, agar hasil belajar dapat dinilai, maka tujuan harus
dirumuskan ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati.
d. Penguatan dan umpan balik: secara
teori, bila suatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada
kecenderungan untuk mengulanginya. Siswa harus menerima umpan balik secara
langsung derajat sukses pelaksanaan tugas.
e. Pemakaian dan pemindahan: salah satu
prinsip pemakaian kembali informasi yang telah dipelajari adalah mind (jiwa)
harus membuat suatu alamat terhadap stimulus yang tersedia pada saat
dibutuhkan.
f. Kemampuan belajar.
2) Kondisi Khusus
a. Kondisi belajar informasi: yang
termasuk belajar informasi adalah belajar lambing, kata-kata, istilah,
definisi, persamaan, pernyataan sifat, dll. Informasi yang dipelajari sering
disebut fakta pengetahuan atau isi yang biasa dipelajari dengan cara
menghafalkan karena akan menghemat waktu bila sering digunakan. Siswa perlu
diberikan penjelasan tentang apa yang harus dipelajari, hasil yang diharapkan,
manfaat materi pelajaran baginya.
b. Kondisi belajar konsep: konsep atau
pengertian yaitu serangkaian perangsang dengan sifat-sifat yang sama.
Mempelajari konsep mempunyai tiga dimensi, yaitu :Pengembangan secara internal
pola mental yang memberikannya perasaan dan kemampuan untuk menggunakannya. Verbalisasi,
deskripsi, atau definisi. Pemberian nama untuk konsep tersebut.
c. Kondisi belajar prinsip: prinsip
yaitu pola antar-hubungan fungsional antara konsep-konsep. Belajar prinsip sama
dengan belajar konsep. Prinsip merupakan sarana penting untuk merumuskan
pemecahan masalah.
d. Kondisi belajar keterampilan: keterampilan
dibedakan menjadi dua, yaitu intelektual dan psikomotor. Belajar keterampilan
memerlukan latihan dalam mengkoordinasikan gerak motorik dengan kegiatan mental
yang kompleks. Kondisi khusus belajar keterampilan, yaitu: tujuan dan nilai
dijelaskan. Ditujukan demonstrasi dari yang mampu. Keterampilan dasar
diberikan. Untuk meningkatkan perbaikan perlu evaluasi kegiatan secara cepat.
e. Kondisi belajar sikap: berbagai
bentuk penguasaan sikap yaitu pengenalan perhatian, ganjaran. Oleh karena itu,
jika siswa menjauhi sekolah mempunyai pengalaman negatif terhadap pelajaran dan
sebaliknya.
c. Strategi
Pengajaran
Strategi
pengajaran berhubungan dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling
efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Dengan kata lain, strategi pengajaran
adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat
memberi kemudahan kepada siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Secara
umum pemilihan strategi pengajaran dipengaruhi oleh :
1. Penerimaan pengetahuan
2. Aplikasi pengetahuan
3. Tujuan yang bersifat perubahan sikap
(perasaan)
d. Hubungan
Guru-Siswa
Hubungan
guru-siswa dalam proses belajar mengajar yang diharapkan adalah hubungan yang
manusiawi. Maka yang penting bagi guru adalah bagaimana membawa siswa
memperoleh pengertian sesuai dengan pribadinya. Mengenai tujuan pendidikan yang
penting menurut aliran humanistic adalah menyadarkan kemampuan anak sendiri,
membantu mereka bagaimana memahami orang lain, menyiapkan masa depan mereka,
melatih cara mereka berpikir, dan mengambil keputusan sendiri. Atas dasar
inilah, guru tidak lagi berperan sebagai pusat kegiatan/perhatian, melainkan
sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan kemampuannya. Umtuk itu,
guru perlu mengusahakan iklim yang menunjang efektifitas belajar, seperti :
1. Memberi kebebasan kepada siswa dalam
menyelesaikan tugasnya.
2. Mengusahakan suasana belajar yang
hangat.
3. Menghargai siswa.
4. Memberikan tugas-tugas yang
menantang.
5. Mengontrol disiplin siswa.
6. Menilai keberhasilan, dan
sebagainya.
e. Pengelolaan
kelas
Pengelolaan
kelas menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh
guru dengan tujuan untuk mempertahankan/menciptakan kondisi yang optimal bagi
tercapainya proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas meliputi pengaturan
tingkah laku antara ruang sehingga tercipta kemudahan-kemudahan dalam belajar.
Masalah pengelolaan kelas ini berkenaan dengan masalah kondisi dan situasi,
administrasi teknik, dimensi pengelolaan, dan kedisiplinan siswa.
f. Bidang
studi
Pengetahuan
tentang psikologi bidang studi perlu diketahui bagi guru maupun konselor, yaitu
:
a. Bahasa: efektivitas dalam bidang studi banyak tergantung dari
penguasaan bahasa. Faktor-faktor psikis yang mempengaruhi perkembangan dan
kemampuan bahasa yaitu lingkungan anak, intelegensi, emosi, dan alat bicara.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat melihat hambatan bahasa baik jasmani
maupun psikis. Hambatan itu misalnya salah ucap, salah ejaan, selain tata
bahasa kesalahan membaca. Dalam remedial teaching, bahasa dapat
diartikan sebagai bantuan pengajaran untuk membetulkan kesalahan yang sudah
terjadi dan harus didahului dengan menghilangkan hambatannya.
b. Berhitung/matematika:
beberapa
ahli seperti Brownwell, Kuechner, dan Rein berdasarkan pengalamannya, menyatakan
bahwa remedial teaching berhitung dapat diartikan penyusunan kembali
pengalaman yang telah diperoleh terlebih dahulu. Oleh karena itu, usaha guru
harus direncanakan secara matangdan dilakukan dengan kematangan.
c. Pengetahuan
alam/pengetahuan sosial: pengamatan dan pengalaman adalah dasar dari mendapatkan
pengertian dalam bidang pengetahuan alam dan sosial. Pengetahuan alam yang
terutama adalah memberikan pengetahuan tentang isi alam semesta, bagaimana
aktivitas kerjanya, dan mengapa demikian. Sedangkan pengetahuan sosial
menggunakan penemuan-penemuan dalam pengetahuan alam tentang apa yang berguna
dan baik bagi kesejahteraan manusia.
5.
Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Remedial
a. Pendekatan yang bersifat kuratif
Pendekatan
ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang/sejumlah siswa yang tidak
mampu menyelesaikan program belajar secara sempurna sesuai dengan kriteria
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai sasaran pencapaian
dapat menggunakan berbagai pendekatan sbb:
1. Pengulangan
2. Pelaksanaannya dapat secara :
a) Individual, kalau ternyata yang
mengalami kesulitan terbatas.
b) Kelompok, kalau ternyata sejumlah
siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai kesulitan yang sama.
3. Pengayaan/pengukuhan
Layanan
ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara akademik mungkin
termasuk berbakat dengan cara pemberian tugas yang dapat dikerjakan di rumah
ataupun di kelas.
4. Percepatan (akselerasi)
Layanan
ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial
(ego emosional) dengan jalan mengadakan akselerasi atau promosi yang lebih
tinggi kepada program PBM utama berikutnya. Ada dua kemungkinan pelaksanaannya,
yaitu :
a) Promosi penuh status akademinya ke
tingkat yang lebih tinggi sebatas kemungkinannya,kalau memang siswa tersebut
menunjukkan keunggulan yang menyeluruh dari semua bidang studi yang ditempuhnya
dengan luar biasa.
b) Maju berkelanjutan bila siswa
tersebut hanya unggul di beberapa bidang studi.
b. Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatan
ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan informasi diprediksikan
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang
akan ditempuhnya. Oleh karena itu, sasaran pokok dari pendekatan preventif ini
adalah berusaha semaksimal mungkin agar hambatan-hambatan yang diprediksi itu
dapat direduksi seminimal mungkin sehingga siswa yang bersangkutan diharapkan
dapat mencapai prestasi dan kemampuan penyesuaian sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Pendekatan preventif bertolak dari hasil pre-test
atau evaluasi reflektif. Atas dasar inilah, maka ada tiga kemungkinan teknik
layanan pengajaran yang bersifat remedial, yaitu layanan pengajaran kelompok yang diorganisasikan secara homogen,
layanan pengajaran secara individual, dan layanan pengajaran dilengkapi
kelas khusus.
c. Pendekatan yang bersifat pengembangan
Pendekatan
ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar
berlangsung. Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat
mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar
berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil.
d. Metode dalam remedial teaching
Metode
yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam
keseluruhan kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus
sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan, yaitu:
1) Tanya jawab : metode ini digunakan dalam
rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan siswa.
Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu memungkinkan
terbinanya hubungan baik antara guru dan siswa, meningkatkan motivasi belajar
siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa, dan sebagainya.
2) Diskusi : metode ini digunakan
dengan memanfaatkan interaksi antar-individu dalam kelompok untuk memperbaiki
kesulitan belajar yang dialami oleh sekelompok siswa.
3) Tugas : metode ini dapat digunakan
dalam rangka mengenal kasus dan pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Dengan metode ini, siswa diharapkan dapat lebih memahami
dirinya, dapat memperdalam materi yang telah dipelajari, dan dapat memperbaiki
cara-cara belajar yang pernah dialami.
4) Kerja kelompok : metode ini hampir
bersamaan dengan pemberian tugas dan diskusi. Yang terpenting adalah interaksi
di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
5) Tutor : tutor adalah siswa sebaya
yang ditugaskan untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar,
karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan
guru-siswa. Pemilihan tutor ini berdasarkan prestasi, hubungan sosial yang
baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya. Tutor berperan sebagai pemimpin
dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru.
6) Pengajaran individual : adalah
interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan dengan metode ini bersifat teraputik, artinya mempunyai sifat
penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Hasil yang
diharapkan dalam metode ini di samping adanya perubahan prestasi belajar juga
perubahan dalam pemahaman diri siswa.
6.
Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching
Remedial
teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan
melalui prosedur sebagaimana berikut:
1) Meneliti
kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan
penelitian kembali kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan
penelitian kasus, akan dapat ditentukan siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial
teaching.
2) Menentukan
tindakan yang harus dilakukan dalam langkah ini, dilakukan usaha-usaha untuk menentukan
karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakteristik ditentukan,
maka tindakan pemecahannya harus dipikirkan, yaitu sebagai berikut :
a. Kalau kasusnya ringan, tindakan yang
ditentukan adalah memberikan remedial teaching kepada siswa tersebut.
b. Kalau kasusnya tergolong cukup dan
berat, maka sebelum diberikan remedial teaching, harus diberikan layanan
konseling terlebih dahulu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang
mempengaruhi cara belajarnya.
c. Berdasarkan karakteristik kasus
tersebut, maka pada tahap kedua ini adalah membuat keputusan tentang cara mana
yang harus dipilih. Untuk itu, beberapa pertimbangan yang dapat dipakai dalam
mengambil keputusan, yaitu :
d. Faktor efektivitas, yaitu ketepatan
tercapainya tujuan remedial teaching.
e. Faktor efisiensi, yaitu sedikitnya
tenaga, biaya, dan waktu yang dipergunakan, namun hasilnya dapat seoptimal
mungkin.
f. Faktor kesusilaan dengan jenis
masalah, sifat individu, fasilitas, dan kesempatan yang tersedia.
3) Pemberian
layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling: tujuan dari layanan khusus
bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar siswa yang terbatas dari
hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian siap menghadapi
kegiatan belajar secara wajar. Bentuk konseling di sini bisa berupa pdikoterapi
yang dilakukan oleh psikolog. Tetapi ada kalanya kasus ini dapat dilakukan oleh
guru sendiri.
4) Langkah
pelaksanaan remedial teaching: sasaran pokok pada langkah ini adalah peningkatan prestasi
maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
5) Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa: dengan diselesaikannya pelaksanaan remedial
teaching, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi
dalam diri siswa yang bersangkutan dengan alat tes sumatif.
6) Melakukan
revaluasi dan rediagnostik: hasil pengukuran yang dilakukan pada langkah ke lima kemudian
ditafsirkan dengan membandingkan dengan kriteria proses belajar mengajar yang
sesungguhnya. Adapun hasil penafsiran itu dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu
sebagai berikut :
1.
Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai
dengan kriteria yang diharapkan.
2.
Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi
kriteria yang diharapkan.
3.
Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal
prestasi.
Sebagai
tindak lanjut dari langkah remedialteaching ada tiga kemungkinan:
a) Bagi kasus yang berhasil, maka
selanjutnya diteruskan ke program berikutnya
b) Bagi kasus yang belum berhasil sepenuhnya,
diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
c) Bagi kasus yang belum berhasil,
perlu didiagnosis lagi untuk mengetahui letak kelemahan remedial teaching
untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
B.
Kegiatan Pengayaan
1. Pengertian
Menurut
Istiyas Fadylah (2009) Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada
siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal
dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Kegiatan pengayaan
dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang
dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal.
Tugas
yang dapat diberikan guru pada siswa yang mengikuti kegiatan pengayaan di
antaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan
latihan praktis dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan
suatu proyek, membahas masalah, atau mengerjakan permainan yang harus
diselesaikan siswa. Apapun kegiatan yang dipilih guru, hendaknya kegiatan
pengayaan tersebut menyenangkan dan mengembangkan kemampuan kognitif tinggi
sehingga mendorong siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Dalam
memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru harus memperhatikan:
a) faktor siswa, baik faktor minat
maupun faktor psikologis lainnya,
b) faktor manfaat edukatif, dan
c) faktor waktu.
Menurut pendapat penulis bahwa
kegiatan pengajaran perbaikan dan pengayaan sangat perlu di lakukan oleh guru
maupun pihak lainnya, bukan hanya memperbaiki nilai dari per mata pelajaran
tetapi juga memperbaiki dan memberikan solusi tentang cara belajar siswa menuju
kearah yang lebih baik, pengembangan materi dan kualitas pengajaran yang tepat,
pengembangan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin di capai dapat
terlaksana dengan baik.
C.
Peningkatan Motivasi Belajar
Dalam upaya peningkatan motivasi
belajar, maka cara yang dapat dilakukan adalah:
1.
Hadiah, Hadiah dapat menjadi motivasi belajar
yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan
hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak
menarik menurut siswa. Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
2.
Kompetisi, Persaingan, baik
yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi
belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat
dalam mencapai hasil yang terbaik.
3.
Ego-involvement, Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat
terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.
4.
Memberi Ulangan, yakni para
siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan
jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas
belaka.
5.
Mengetahui Hasil, mengetahui
hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui
hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika
hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha
mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
6.
Pujian, yaitu apabila ada siswa
yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan
motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat,
sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi
belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
7.
Hukuman, hukuman adalah bentuk reinforcement
yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi
alat motivasi belajar anak. Hukuman akan diberikan
kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah
hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain
sebagainya.
8.
Menjelaskan tujuan kepada
peserta didik.. Pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam belajar.
9.
Membentuk kebiasaan belajar
yang baik, kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal
belajar.
10.
Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara
individual maupun kelompok. Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan
hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain
yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode
yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa
untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.
11.
Menggunakan metode yang bervariasi. Meningkatkan
motivasi belajar dengan
menggunakan metode
pembelajaran yang variasi. Metode yang
bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan
adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada
siswa.
12.
Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(AkhmadSudrajat, 2015).
D.
Peningkatan
Keterampilan Belajar
1. Pengertian
Menurut
Sri Wahyuni Adiningtyas (2015) Keterampilan merupakan kecakapan melakukan suatu
tugas tertentu yang diperoleh dengan cara berlatih terus menerus, karena
keterampilan tidak datang sendiri secara otomatis melainkan secara sengaja
diprogramkan melalui latihan terus menerus. Jika dikaitkan dengan makna belajar
di atas, keterampilan belajar adalah keahlian yang didapatkan (acquired
skill) oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan
mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif,
afektif ataupun psikomotor.
Menjalani
proses belajar merupakan bagian yang amat penting dalam kegiatan belajar di
sekolah. Melalui kegiatan belajar materi pokok yang harus dikuasai siswa akan
dibahas oleh guru bersama siswa, melatihkan bermacam-macam keterampilan,
mengerjakan berbagai tugas sehingga siswa melakukan kegiatan belajar dalam
rangka memahami dan menguasai materi pokok yang dimaksudkan. Surya (1992) dalam
Sri Wahyuni Adiningtyas (2015) dalam mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan
kegiatan-kegiatan yang bersifat neoromuscular, artinya menuntut
kesadaran yang tinggi.
Dibandingkan
dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan yang lebih membutuhkan
perhatian serta kemampuan intelektual, selalu berubah dan sangat disadari oleh
individu. Dalam proses menjadi (on becoming process), dimana siswa
memerlukan empat pilar yakni pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama.
Dengan
kata lain, keterampilan belajar merupakan suatu keahlian tertentu yang dimiliki
oleh siswa, jika keahlian tersebut dilatihkan terus-menerus akan menjadi suatu
kebiasaan yang baik bagi siswa dalam belajar. Menyikapi kebiasaan-kebiasaan
belajar siswa ini, ada sejumlah pedoman yang dapat dijadikan panduan dalam
setiap kali mengikuti kegiatan belajar sebagaimana yang terdapat dalam
serilatihan keterampilan belajar yaitu: (1) memilih tempat duduk dalam ruang
kelas, (2) mencatat materi kuliah, (3) bertanya dan menjawab, (4) mengemukakan
pendapat dan (5) berupaya menghindarkan diri dari berbagai pengaruh yang
mengganggu konsentrasi belajar. Ada
beberapa keterampilan belajar yang harus dimiliki siswa, diantaranya
keterampilan membaca, menulis, membuat catatan, keterampilan bertanya dan
menjawab, berdiskusi, keterampilan belajar berkelompok dan keterampilan
mempersiapkan diri menghadapi ujian. Prayitno (1997:59) dalam Sri Wahyuni
Adiningtyas (2015) mengatakan bahwa yang menjadi dasar perlunya keterampilan
belajar bagi siswa dalam rangka memperoleh prestasi yang lebih baik adalah
sebagai berikut:
a) Keterampilan
belajar merupakan suatu hal yang menjadi dasar bagi kesuksesan siswa dalam
sekolah atau kehidupan mereka selanjutnya.
b) Keterampilan
belajar sangat mendorong siswa apabila dilaksanakan lebih awal.
c) Guru
BK dapat memberikan materi keterampilan belajar untuk semua siswa sesuai dengan
kebutuhannya.
d) Melalui
program keterampilan belajar guru pembimbing dapat menggali permasalahan siswa
atau membina hubungan konseling yang lebih mendalam.
2. Tujuan
peningkatan keterampilan belajar
a. Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.
b. Menumbuhkan minat dan motivasi
belajar.
c. Membentuk peserta didik yang mandiri
dalam belajar.
3. Aspek-aspek Keterampilan Belajar
a. Cara Mengatur Waktu dan Lingkungan
Manajemen waktu merupakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu.
Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan
input.
Cara-cara mengatur waktu:
a)
Membuat daftar “kerjaan”.
b)
Membuat jadwal harian/mingguan.
c)
Merencanakan jadwal yang lebih
panjang (bulanan).
d) Belajarlah
dengan rutin setiap hari tetapi degan frekuensi waktu yang tidak terlalu lama.
e)
Atur waktu belajar sekitar 5-10
menit saja.
f)
Dahulukan pelajaran yang dianggap
sulit.
Cara-cara mengatur lingkungan:
1. Sebelum
kegiatan belajar dimulai, lingkungan fisik hendaknya ditata sehingga tampak
menyenangkan.
2. Buku,
jurnal, majalah, surat kabar, atau media lain, yang hendak dijadikan sebagai
sumber belajar perlu ditempatkan di dekat kegiatan belajar peserta didik.
b. Cara
Mengikuti Pelajaran
Cara-cara mengikuti pelajaran
adalah:
1. Niat: semenjak
melangkahkan kaki meninggalkan rumah pergi ke sekolah, siswa harus sudah
berniat dan membulatkan tekad untuk mencari ilmu yang tidak lupa diiringi
dengan doa. Dengan niat yang kuat dan dilandasi dengan doa menurut agama
masing-masing, akan memperoleh hasil belajar yang baik.
2. Kemauan yang
kuat: kemauan adalah modal yang penting dalam belajar, maka dengan kemauan
belajar yang kuat dan usaha yang keras akan diperoleh hasil yang lebih baik.
Kemauan yang tidak diiringi dengan usaha adalah separuh dari kegagalan. Oleh
sebab itu, pelajar yang ingin sukses dalam belajar harus siap siaga dan tak
gentar menghadapi rintangan dan kesulitan.
3. Perhatian:
seorang pelajar harus dapat memfungsikan alat pengindraannya sebaik mungkin
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ia harus pandai menyikapi mana yang
dianggap penting dan mana yang harus banyak diulang.
4. Konsentrasi:
konsentrasi berarti pemusatan pikiran dan perasaan pada suatu masalah. Dalam
hal ini, seorang pelajar dalam belajar harus bisa memusatkan perhatiannya pada
masalah pelajaran yang sedang dihadapi.
5. Apersepsi:
apersepsi adalah mempersiapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk
menerima hal-hal dan pengetahuan yang baru sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
6. Catatan
Catatan ada 2 macam :
a. Catatan
resmi adalah catatan mengenai apa yang dituliskan oleh guru sebagai rangkuman
materi pelajaran yang telah disajikan.
b. Catatan tidak resmi adalah catatan hasil jerih
payah seorang pelajar untuk memperoleh poko-pokok, inti, isi atau kesimpulan
materi pelajaran yang telah dipelajari.
7. Bertanya:
dengan bertanya materi pelajaran yang disajikan oleh guru akan menjadi lebih
jelas. Oleh sebab itu, apabila belum ada kejelasan dari keterangan guru
hendaklah berani bertanya.
c. Cara Membaca
Buku Teks
Ada banyak metode membaca, metode ini merupakan hasil riset
dari para ilmuwan tentang cara membaca yang efektif. Salah satunya adalah metode
SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Metoda SQ3R memberikan
strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang
dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul suatu bab dan
dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan.
Ada lima tahapan proses dalam membaca dengan metode SQ3R
ini, yaitu:
1. Survey atau
meninjau: baca Judul - Baca
Pendahuluan – Baca Kepala Judul/Subbab – Perhatikan Grafik, Diagram –
Perhatikan Alat Bantu Baca.
2. Question atau
bertanya: setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan
kepala judul/subbab yang biasanya dicetak tebal. Perhatikan kepala judul ini
satu per satu dan ubah kepala judul ini jadi beberapa pertanyaan.
3. Read atau
membaca: bacalah suatu subbab dengan tuntas jangan pindah ke subbab lain
sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban
pertanyaan yang kita buat pada Question. Tuliskan jawaban yang kita
peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas yang pada 2/3 kolom yang
disiapkan. Dan jangan membaca di tempat tidur.
4. Recite atau
menuturkan: cara
melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita
buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas
tanpa melihat buku.
5. Review atau
mengulang: proses
ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan
atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah
dengan menjelaskan kepada orang lain.
d. Cara Membuat
Ringkasan
Ringkasan merupakan sekumpulan
berbagai informasi untuk mempermudah pemahaman. Ringkasan memiliki banyak
pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti memotong atau memangkas)
adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam
bentuk singkat. Sedangkan
menurut Asmi (2004) dalam Faanuzulul Huda (2013). Ringkasan merupakan penyajian
singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari
karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang
singkat.
Cara-cara membuat ringkasan yang baik diantaranya:
1. Bacalah
bahan pelajaran secara ringkas. Dalam hal ini kita perlu memperoleh gambaran
isi materi secara garis besar.
2. Membaca uraian materi secara cermat.
Dalam hal ini dituntut untuk mengetahui dan menemukan gagasan utama pada setiap
paragraf.
3. Berilah
tanda dan catatlah kalimat yang mengandung pokok pikiran dan gagasan utama.
4. Mulailah
menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama dikembangkan lagi. Keterangan dari
gagasan utama tersebut diuraikan dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami.
5. Menyusun
ringkasan ke dalam suatu skema.
e.
Penggunaan Sumber-Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, sumber belajar terbagi
atas enam jenis:
1. Sumber berupa pesan (informasi,
bahan ajar, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya),
2. Manusia (guru, instruktur, siswa,
ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan
sebagainya),
3. Bahan (buku, transparansi, film,
slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya),
4. Peralatan (perangkat keras,
komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin,
mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya),
5. Teknik/metode (disikusi, seminar,
pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi,
debat, talk shaw dan sejenisnya),
6. Lingkungan/setting (ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan
sebagainya).
Secara garis besar, sumber belajar terdiri atas:
1. Sumber
belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar
yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat
formal.
2. Sumber
belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber
belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sebelum
menentukan sumber belajar, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Ekonomis atau biaya, apakah ada
biaya untuk penggunaan suatu sumber
belajar (yang memerlukan biaya).
belajar (yang memerlukan biaya).
b. Teknisi (tenaga), apakah guru atau
pihak lain yang mengoperasikan alat
yang digunakan sebagai sumber belajar.
yang digunakan sebagai sumber belajar.
c. Bersifat praktis dan sederhana,
yaitu mudah dijangkau dan mudah
dilaksanakan.
dilaksanakan.
d. Bersifat fleksibel, maksudnya sumber
belajar jangan bersifat kaku atau
paten tapi harus mudah dikembangkan.
paten tapi harus mudah dikembangkan.
e. Relevan dengan tujuan pengajaran.
f. Dapat membantu efisiensi dan
kemudahan pencapaian tujuan pengajaran.
g. Memiliki nilai positif bagi proses pengajaran khususnya bagi
peserta didik.
h. Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah
dirancang.
f.
Cara Menyiapkan Diri Untuk
Menghadapi Tes dan Cara Mengerjakan Tes
Agar seorang siswa dapat mengerjakan
tes dengan baik, maka dia harus mempersiapkan diri, baik itu persiapan secara
psikologis, maupun untuk melakukan review sebelumnya. Persiapan tes dapat
dilakukan dengan persiapan mental, menjaga kesehatan tubuh, dan percaya pada
kemampuan diri sendiri. (faanuzulul Huda, 2013).
E.
Mengembangkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Di dalam pengembangan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik ini, siswa dapat melakukannya dengan perbuatan.
Tidak hanya sekedar di baca lalu di abaikan. Berikut ini adalah cara-cara untuk
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik :
1. Membuat Jadwal
dan Pelaksanaannya:
siswa dapat
membagi waktu dengan baik agar dapat membantu proses belajar dan belajar itu
sendiri dengan baik dan bisa teratur.
2. Mengulangi Lagi
Pelajaran yang Di Ajarkan Disekolah: cara ini dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, karena hal tersebut mencerminkan sikap belajar yang rutin.
3. Membaca dan
Membuat
Catatan: dalam setiap pelajaran apapun selalu ada
membaca, walaupun bacaannya hanya satu atau dua kalimat. Dan bacaan itu harus
di catat yang penting-penting saja. Apabila sewaktu-waktu siswa lupa tentang
bacaan tersebut, siswa dapat membuka catatannya kembali.
4. Mengerjakan
tugas:
sama seperti
membaca dan mencatat, tugas selalu ada dalam setiap harinya. Baik tugas
kelompok maupun individu. Sesulit apapun tugas tersebut, siswa pasti dapat
mengerjakannya. Dengan cara bertanya kepada guru, orang tua, teman, kakak,
saudara, tetangga, dll. Tetapi siswa harus mengerjakan tugas tersebut. Karena
tugas dapat menambah nilai siswa.
5. Peran Orang Tua: peran orang tua sangat penting untuk
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Karena jika sewaktu-waktu
siswa dapat bertanya kepada orang tua. Tetapi, siswa juga harus bisa mandiri.
Tidak boleh hanya mengandalkan jawaban dari orang tua.
6. Musik klasik : walaupun siswa
dalam keadaan belajar yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Nemun, siswa
juga membutuhkan musik
klasik untuk mencerna
pelajaran yang sedang di pelajari. Pernahkah siswa mengetahui sebuah kata bahwa
selama ibu hamil harus sering di dengarkan musik klasik ? Hal itu
karena agar bayi dalam kandungan ibu menjadi lebih cerdas.
7. Belajar Secara
Continue : artinya belajar
secara urut atau bertahap setiap harinya. Supaya kita dapat memahami pelajaran
tersebut dengan jelas. (Hilari, 2012).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesulitan
dalam belajar dialami oleh semua peserta didik termasuk siswa sekolah dasar
(SD) baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Jika kesulitan belajar ini tidak
dapat tertangani dengan baik maka akan menjadikan prestasi siswa tidak baik
pula. Oleh karena itu perlu adanya layanan bimbingan belajar yang diberikan
oleh guru terkait dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Sekolah harus
dapat menyediakan layanan professional yang dimaksud berupa layanan bimbingan
dan koseling, karena sekolah merupakan lingkungan yang terpenting setelah
keluarga. Layanan ini dalam batas tertentu seperti pada sekolah dasar dapat
dilakukan oleh guru kelas, maka diharapkan guru kelas mampu memberikan layanan
bimbingan belajar pada siswa yang membutuhkan. Untuk menerapkan layanan
bimbingan dalam mengalami kesulitan belajar guru maka tindakan yang harus
dilakukan adalah pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi
belajar, peningkatan keterampilan belajar serta mengembangkan sikap dan
perilaku belajar yang baik.
B.
Saran
Kita
sebagai guru maupun calon guru dalam bimbingan adalah mengetahui atau mengenal
permasalahan belajar siswa. Pekerjaannya di dalam kelas serta kegiatan
bimbingannya tidak akan memperoleh hasil yang memadai, jika seorang guru belum/
tidak memahami murid- muridnya. Maka agar proses bimbingan dapat berjalan dengan
baik dengan hasil yang optimal, guru harus mengenal dan memahami siswa-siswinya terlebih dahulu. Sejalan
dengan kebutuhan selama pelaksanaan pembelajaran, peran dan tanggung jawab guru
pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2015. Peningkatan
Motivasi Belajar. [Online]. Tersdia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/peningkatan-motivasi-belajar.html.
28 Desember 2016.
Faanuzulul Huda. 2013. Keterampilan Belajar. [Online]. Tersedia:
http://faanuzululhuda.blogspot.co.id/2013/05/keterampilan-belajar.html.
27 Desember 2016.
Hilari.
2012. Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan
Belajar yang Baik. [Online]. Tersedia: http://eehilariouslime27.blogspot.co.id/2012/05/mengembangkan-sikap-dan-kebiasaan.html. 27 Desember 2016.
Istiyas Fadylah. 2009. Remidial
Teaching. [Online]. Tersedia: https://istyas.wordpress.com/2009/12/03/remedial-teaching/. 27 Desember 2016
Sri
Wahyuni Adiningtiyas. 2015. Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa. [Online].
Tersedia: 62-184-1-PB.pdf. 28 Desember 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar