Selasa, 31 Januari 2017

Makalah Konsep Dasar Bimbingan Konseling (BK)


MAKALAH
KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING


DOSEN PEMBINGBING
NURJAMAN M.Pd

Di susun oleh :
Dila                 (140641137)
Wily Sumantri (140641113)
KELAS SD-14 A.4


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2015/2016



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta Hidayah  Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Sikap Profesional Keguruan” tepat waktu. Kemudian Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi di  program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Cirebon. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nurjaman, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi yang senantiasa membimbing kami. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Cirebon,   Oktober 2016



Penulis




i



DAFTAR ISI




Kata pengantar .........................................................................................i

Daftar isi ..................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan 
A. Latar belakang ....................................................................................1
B. Rumusan masalah ...............................................................................1

C.tujuan masalah......................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Bimbingan..........................................3
B. Kedudukan dan Permasalahan Bimbingan di Sekolah.........................6
C. Hubungan pendidikan dengan bimbingan di sd....................................9
D. Pendekatan Yang Digunakan Dalam Bimbingan Di Sd…….......…...10
Bab III Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan .........................................................................................13

B. Saran ....................................................................................................13

Daftar pustaka...........................................................................................14













ii


BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap – tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya ( Nur Ihsan, 2006 : 1)
Memasuki sekolah dasar bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan setiap siswa. Walaupun dari segi usia mereka relatif sama, yaitu sama-sama berada dalam rentang usia 6 tahun sampai 12/13 tahun, tetapi dari sifat-sifat umum lainnya terdapat perbedaan-perbedaan yang menonjol antara satu dengan yang lain. Sebagian dari mereka telah memperoleh pengalaman pendidikan taman kanak-kanak dan sebagian lagi langsung memasuki sekolah dasar. Dilihat dari segi tingkat perkembangannya, sebagian mungkin sudah cukup matang mengikuti pendidikan, mereka relatif tidak terseleksi, karena biasanya sekolah dasar menampung semua calon yang masuk. Dengan demikian terdapat variasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa sesamanya.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di sekolah dasar karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada pengembangan ekologi perkembangan peserta didik.
Sejalan dengan aspek-aspek perkembangan peserta didik, layanan bimbingan di sekolah dasar digolongkan ke dalam bimbingan belajar, pribadi, dan karir. Ada kelompok populasi khusus yang menurut layanan bimibingan khusus, yaitu untuk anak berbakat, kesulitan belajar, dan berperilaku bermasalah.
   B.     RUMUSAN MASALAH
      Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
     1.    Apa pengertian dan prinsip-prinsip bimbingan?
2.    Bagaimana kedudukan dan permasalahan bimbingan di SD?
3.    Bagaimana hubungan pendidikan dengan bimbingan di SD?
4.    Apa saja pendekatan yang digunakan dalam bimbingan di SD?

   C.    Tujuan
     1.  Memahami pengertian dan prinsip-prinsip bimbingan
     2.  Mengidentifikasi kedudukan dan permasalahan bimbingan di SD
     3.  Menguraikan hubungan pendidikan dengan bimbingan di SD
     4.  Menyebutkan pendekatan yang digunakan dalam bimbingan di SD
 
  


BAB II
PEMBAHASAN
      
   A.         Pengertian dan Prinsip-Prinsip Bimbingan
    Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian bimbingan.  Di antaranya yang klasik dan sudah cukup lama berkembang di Amerika Serikat serta banyak dikutip oleh para penulis di Indonesia adalah sebagaimana dikemukakan oleh Crow (1960), Jones (1963), dan Mortensen dan Schmullere (1964) sebagai berikut:
            Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow, 1960: 14).
            Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan lingkungannya. Tujuan utama bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap individu sesuai dengan kemampuannya. (Jones, dalam Djumhur dan M. Surya 1975: 10).
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli dengan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen dan Schmuller 1964: 3).
    Walaupun masing-masing ahli itu merumuskan pengertian bimbingan dengan cara yang berbeda, namun terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
   1.    Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Untuk dapat dikatakan sebagai bimbingan, maka bentuk bantuan itu harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu prinsip, tujuan, dan metode tertentu sebagaimana terkandung di dalam pengertian bimbingan itu sendiri.
  2.    Bimbingan diberikan dalam bentuk gagasan-gagasan atau ide yang perlu dipertimbangkan oleh individu yang dibimbing sebelum dia membuat sesuatu keputusan.
   3.    Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan dan terlatih secara baik dalam bidang bimbingan dan konseling.
Untuk memudahkan mengingat pengertian bimbingan di atas Prayitno (1987: 36) merumuskan pengertian bimbingan yang unsur-unsur pokoknya diawali oleh huruf-huruf yang ada dalam istilah bimbingan itu sendiri, yaitu:
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasihat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Dengan memasukkan unsur-unsur tersebut di atas, dapat dirumuskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat mandiri, dengan menggunakan bahan, berupa interaksi, nasihat, gagasan, dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Prinsip-prinsip Bimbingan
        a.      Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa dalam memberikan bantuan kepada peserta didik harus memperhatihan tingkat perkembangan atau kematangan mereka. Bimbingan tidaklah memaksakan arah perkembangan individu, tapi tidak pula terlepas dari nilai-nilai. Orang yang melaksanakan fungis bimbingan di sekolah harus sadar dan menerima tanggung jawab akan niali-nilai yang dikomunikasikannya kepada peserta didik. Dengan demikian dalam bimbingan itu ada cara-cara yang optimum untuk membantu individu menjelajahi pengalaman, sikap, dan makna dalam memperkaya perkembangan dirinya.
        b.      Bimbingan itu diperlukan bagi semua peserta didik. Semua peserta didik memerlukan bantuan, dan bukan hanya mereka yang menunjukkan ketidaksesuaian. Memang didalam kenyataan karena pertimbangan waktu, tempat, tenaga, dan baiay menuntut bimbingan untuk meberikan prioritas kepada peserta didik yang dianggap paling memerlukan bantuan. Prioritas pemberian bantuan ini dapat didasrkan kepada berbagai pertimbangan, misalnya: berat-ingannya masalah, penting-tidaknya masalah untuk segera dipecahkan, mampu-tidaknya sekolah untuk memberikan bantuan pemecahan. Apabila bimbingan diperlukan bagi semua peserta didik, baik peserta didik yang bermasalah maupun ”tidak bermasalah”, maka bantuan yang diberikan bimbingan harus bersifat pencegahan, pengembangan, dan berkelanjutan daripada bersifat penyebuhan, remedial atau berorientasi pada masalah dan dilaksanakan secara sporadis (semabarangan).
        c.       Bimbingan harus peduli terhadap semua segi pertumbuhan peserta didik. Prinsip ini mengandung arti bahwa bimbingan harus memandang berbagai segi perkembangan peserta didik, baik fisik, mental, sosial, maupun emosional, sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan. Terjadinya masalah dalam satu segi perkembangan bisa menimbulkan masalah pula bagi segi perkembangan yang lain. Oleh karena itu pemilahan bimbingan ke dalam bimbingan karir, bimbingan pribadi, bimbingan pengajaran, dan sebagainya.
        d.      Bimbingan berdasar kepada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan yang benar. Setiap individu memiliki hak pribadi untuk menentukan pilihan, tetapi hak tersebut tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab untuk menerima konsekuensi pilihan itu. Ini berarti bimbingan tidak sekedar peduli terhadap hak individu untuk menentukan sendiri pilihan, tetapi juga membantu individu mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan itu secara bertanggung jawab.
        e.      Bimbingan adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh segi kepribadian peserta didik, karena kepribadian peserta didik tidak dapat dipilah-pilah ke dalam serpihan-serpihan tertentu. Pendidikan bukan pula proses menyamakan perkembangan individu, tetapi proses pengembangan kemampuan yang dimiliki individu untuk mengembangkan totalitas kepribadiannya sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan. Kehadiran bimbingan di dalam praktek pendidikan tidak cukup dipertautkan dengan proses pengajaran melainkan juga harus dipertautkan dengan pemahaman kesiapan belajar peserta didik, masalah disiplin, personalisasi nilai, kegiatan ekstra kurikuler, serta kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan peserta didik dan tidak terbatas kepada kegiatan-kegiatan di sekolah saja.
        f.        Keberadaan bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik merealisasikan dan mewujudkan dirinya. Bimbingan memberikan bantuan dengan jalan meningkatkan pemehaman peserta didik terhadap dirinya, penerimaan akan tujuan yang realistik, serta perwujudan tujuan yang realistik iru sebata kemampuan dan kesempatan yang pada dirinya.
  B.    Kedudukan dan Permasalahan Bimbingan di Sekolah Dasar
            Secara formal kedudukan bimbingan dalam Sistem Pendidikan di Indonesia telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta perangkat Peraturan Pemerintahnya. Hal-hal yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar, di mana Sekolah Dasar ada di dalamnya, dibicaraka secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa:
(1)   Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
(2)   Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing
            Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secara terprogram dan titangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk di Sekolah Dasar pada saat ini, dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelenggaraan system pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas,maka layanan bimbingan di sekolah dasar dalam banyak hal masih akan efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani guru kelas. Oleh karena itu guru sekolah dasar dikehendaki memiliki kemampuan dan pemahaman untuk meyelenggarakan layanan bimbingan.
Keberadaan bimbingan dalam Pendidikan di Sekolah Dasar terkait erat dengan sistem Pendidikan Dasar 9 tahun, di mana Sekolah Dasar merupakan penggalan dari Pendidikan Dasar 9 tahun. Kedududkan dan posisi formal dari sekolah dasar seperti ini membawa implikasi kepada peran dan fungsi sekolah dasar pada masa yang akan datang. Sistem Pendidikan Dasar 9 tahun membawa implikasi kepada wajib belajar samapi dengan usia SLTP. Konsekuensi dari sistem ini ialah bahwa sekolah dasar mempunyai tugas dan kewajiban untuk menyiapkan para ”lulusannya: memasuki pendidikan tingkat lanjutan, jelasnya SLTP.
Di sekolah dasar, guru merupakan figur kunci dalam pengembangan layanan bimbingan. Pengembangan layanan bimbingan di sekolah dasar akan menyangkut pertimbangan aspek-aspek: pandangan guru terhadap peserta didik, pemahaman guru terhadap apa yang dilihatnya tentang peserta didik, apa yang dapat dilakukan berkenaan dengan hal itu, dan bagaimana kehendak guru untuk melakukan bimbingan kepada peserta didiknya.
Keberadaan bimbingan dalam proses pendidikan yang telah dikuatkan secara formal denga lahirnya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta perangkat Peraturan Pemerintah terutama PP 29/1990 tentang Pendidikan Menengah di mana SMA ada di dalamnya. Kajian terhadap keberadaan bimbingan di dalam pendidikan tentu tidak cukup dengan penguatan formal, walaupun itu amat penting untuk terjadinya pengakuan profesi, tetapi juga perlu dikaji secara filosofis konseptual.
Pendidikan sebagai proses membawa peserta didik dari kondisi kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya. Pandangan ini mengandung implikasi bahwa pendidikan adalah proses yang dialami secara individual, dan proses itu adalah proses perkembangan. Dengan kata lain pendidikan selalau berurusan dengan individu atau organisme yang sedang ada di dalam proses berkembang dan bahkan pendidikan itu sendiri merupakan suatu strategi upaya untuk membantu perkembangan peserta didik.
Proses pendidikan sebagai proses individual membawa implikasi bagi praktek pendidikan untuk memberikan kepedulian kepada perkembangan setiap peserta didik; upaya pendidikan perlu menyentuh setiap dunia kehidupan peserta didik secara individual. Sementara itu kenyataan menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pendidikan, yang dibatasi kepada proses pengajaran, lebih banyak bersifat massal dan klasikal, sehingga tak jarang dunia kehidupan individual peserta didik menjadi kurang terpedulikan dalam proses pengajaran. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan pendidikan, pendekatan pengajaran bukanlah satu-satunya yang bisa menjamin tercapainya perkembangnan peserta didik secara optimal.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang kepeduliannya tidak terletak pada proses instruksional melainkan  pada proses-proses non instruksional, dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan, bimbingan pula selalu berhadapan dengan individu yang sedang ada dalam proses perkembangan, dan bimbingan peduli terhadap semua spek perkembangan individu peserta didik baik aspek intelektual, sosial, emosional, maupun nilai.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalh perkembangan siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan si sekolah dasar.
Kebutuhan akan bimbingan di sekolah dasar terkait erat dengan karakteristik perkembangan peserta didik. Masalah-masalah yang muncul pada peserta didik di sekolah dasar akan banyak kaitannya dengan masalah perkembangan yang mereka alami, dan masalah perkembangan tersebut akan berpengaruh kepada penyesuaian diri peserta didik terhadap program sekolah.  Rentang keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat pandai sampai dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa yang sangat sulit menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan siswa yang sarat masalah. Kondisi seperti ini akan memunculkan populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, antara lain mencakup :
a.       Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b.      Siswa yang mengalami kesulitan belajar
c.       Siswa dengan perilaku bermasalah
   C.   Hubungan pendidikan dengan bimbingan di sd
Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. harapan tersebut seringkali kandas dan tidak terwujut, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. untuk mengatasi masalah kesulitan belajar maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
   a)      Bimbingan Belajar
Bimbingan ini di maksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah. bimbingan ini antara lain meliputi :    
    1.      cara belajar, baik secara kelompok maupun individual    
    2.      cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
    3.      efesiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
    4.      cara mengatasi kesulitan-kesuitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
    5.      cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran

   b)     Bimbingan Sosial
dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahakan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif.
   c)      Bimbingan dalam Mengatasi Masalah-Masalah Pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi atau dipecahkan, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibat prestasi belaar yang di capai rendah.
   D.     Pendekatan Yang Digunakan Dalam Bimbingan Di Sd
Ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan,yaitu:
1.Krisis.
            Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya sesuatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.

2.Remedial.
            Didalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
3.Preventif.
            Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika, kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum.
4.Perkembangan (Myrick dalam Murc & Kottman, 1995)
            Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dalam kehidupan.       
            Pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara siswa dengan lingkungannya. Pemikiran ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan di sekolah.
             1)  Perkembangan adalah tujuan bimbingan; ini berarti bahwa petugas bimbingan atau guru di sekolah perlu memiliki kerangka berpikir dan ketrampilan yang memadai untuk memahami perkembangan peserta didik sebagai dasar perumusan tujuan dan isi bimbingan di sekolah.
               2)  Interaksi yang merupakan iklim lingkungan perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru. Ini  berearti bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk mengembangkan lingkungan perkembangan sebagai pendukung system pelaksanaan bimbingan di sekolah
            Tampak bahwa didalam pendekatan perkembangan akan tercakup juga pendekatan-pendekatan lain. Pembingbing yang melaksanakan pendekatan perkembangan sangat mungkin juga melakukan interverensi krisis, pekerjaan remedial, mengembangkan program pencegahan, dan menggunakan kurikulum bimbingan yang komprehensif. Upaya bantuan yang diberikan terarah kepada perkembangan seluruh aspek perkembangan yang mencakup akademik (intelektual), social, pribadi, dan karir.



BAB III

 PENUTUP

    A.    Kesimpulan
         Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang yang  diperlukan bagi semua peserta didik serta harus peduli terhadap semua segi pertumbuhan peserta didik berdasar kepada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan yang benar dan salah satu bagian penting dari keseluruhan proses pendidikan yang diarahkan untuk membantu peserta didik merealisasikan dan mewujudkan dirinya ke arah yang lebih baik.

B.  Saran
        Untuk lebih memahami semua tentang, Hakikat Bimbingan di Sekolah Dasar disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini dapat memahami materi tersebut dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.




  

Daftar Pustaka

Kartadinata, Sunaryo dkk.1998. Bimbingan di Sekolah Dasar.Bandung:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Muhlianto.2012.”TernateMalang”.Dalam http://muhlianto.blogspot.com/2012/03/makalah-bimbingan-$anak-sd.html. Diunduh 28 Januari 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar